Ada beberaha hal yang menjadi sumber kegalauan RA Kartini diantaranya yaitu:
1. Kita sering melihat di peringatan hari Kartini setiap 21 April ada lomba kebaya
atau kaum wanita di kantor, sekolah atau tempat umum lainnya pakai
kebaya. Padahal apa hubungannya dengan perjuangan Kartini sendiri.
Kartini bukan berjuang untuk memasyarakatkan penggunaan kebaya. Tidak
ada salahnya memakai baju tradisonal tapi perjuangan untuk kemajuan
wanitanya jadi tertutup dan kabur. Banyak orang yang mengidentikkan hari
Kartini dengan kebaya. Sementara nilai dan perjuangan Kartininya jarang
dibahas.
2. Perjuangan Kartini disalahartikan oleh sebagian orang liberal
dengan menginginkan persamaan antara laki-laki dan perempuan. Mereka
menuntut kesetaraan gender. Kalau laki-laki boleh
begini maka perempuan harus boleh juga. Laki-laki dan perempuan itu
diciptakan berbeda sesuai dengan kodrat dan fitrahnya. Peran perempuan
sangat penting dalam kehidupan. Peran ini tidak bisa digantikan oleh
laki-laki. Kartini memperjuangkan agar hak perempuan untuk mendapatkan
pendidikan yang layak dan perlakuan yang adil sama seperti laki-laki.
Jadi laki-laki dan perempuan memang berbeda tapi kedua-duanya punya
peran masing-masing yang tak tergantikan.
3. Fenomena sex bebas, pornografi, hamil di luar nikah dan aborsi
sudah menggejala di negeri ini. Korbannya adalah perempuan. Ada
perempuan yang memang murni menjadi korban tapi ada juga yang
melakukannya dengan penuh kesadaran. Kondisi ini sangat memprihatinkan.
Sebagian perempuan tidak menjaga kemuliaan dan kehormatannya dengan
melakukan perbuatan yang terlarang.
Ini berarti perjuangan Kartini belum selesai. Pendidikan kaum wanita
harus ditingkatkan kualitasnya. Bukan hanya pendidikan formal tapi juga
pendidikan moral. Agar Kartini tak lagi galau…
Sumber;blogfarhan
Sumber;blogfarhan