Headline

Selasa, 17 Januari 2012

Mahasiswa Bentrok dengan petugas TOL




Image

Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Solidaritas Mahasiswa Makassar menerobos jalan tol dengan menggunakan sepeda motor dari arah Jalan AP Pettarani, kemarin. Aksi tersebut menyulut bentrok antara mahasiswa dan petugas tol.

MAKASSAR – Puluhan mahasiswa nekat menerobos jalan tol dengan menggunakan sepeda motor dari arah Jalan AP Pettarani menuju Markas Polda Sulselbar,Makassar,kemarin.

Lolos dari pengawasan petugas, para mahasiswa kembali melintas di jalan tol seusai menggelar aksi di Mapolda Sulselbar. Padahal,kendaraan roda dua jelas-jelas dilarang melintasi jalan bebas hambatan tersebut.Namun, aksi mahasiswa yang kembali menggunakan sepeda motor di tol seusai menggelar aksi di Mapolda Sulselbar digagalkan oleh petugas. Hanya, upaya pencegahan tersebut berujung bentrokan. Mahasiswa dan petugas tol terlibat insiden berdarah yang melukai tiga mahasiswa.

Ketiga mahasiswa yang terluka, yakni Syamsul Bahri, Suherdi, serta Fadli. Ketiganya adalah mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar. Syamsul Bahri mengalami luka robek pada kaki kanan akibat terkena senjata tajam dan harus mendapatkan enam jahitan di Rumah Sakit Ibnu Sina, Makassar. Dua rekannya, Suherdi dan Fadli hanya mengalami luka ringan. Suhedi luka memar di bahu dan tangan kanan. Sedangkan Fadli luka di kaki akibat sabetan senjata tajam.

Informasi yang dihimpun SINDO di lokasi kejadian, bentrokan tersebut bermula saat puluhan mahasiswa dari berbagai kampus mengendarai sepeda motor memaksakan melintas di jalan tol. Mahasiswa masuk dari arah Jalan AP Pettarani hendak menuju Markas Polda Sulselbar Jalan Perintis Kemerdekaan. Seusai melakukan aksi di Polda Sulselbar, mahasiswa kembali menggunakan jalan tol hendak pulang. Saat itulah, mahasiswa dan petugas tol di pintu dua terlibat bentrok.“Puluhan petugas tol menghadang kami dan memukuli.Ada yang membawa balok ada juga yang membawa badik,” kata Nur Iksan.

Mahasiswa tak bisa melawan lantaran jumlah petugas tol lebih banyak.Bahkan,sepeda motor milik mahasiswa ditinggal di lokasi kejadian. Beberapa saat kemudian, mahasiswa kembali mendatangi lokasi kejadian,namun tidak ada lagi petugas yang ditemui. Lantaran kecewa atas penganiayaan yang dilakukan petugas tol, mahasiswa kemudian memblokir pintu masuk jalan tol sejak pukul 16.00 Wita hingga pukul 19.25 Wita. Kendati jalan diblokir, akses untuk masuk dan keluar jalan tol tetap berjalan.Aparat kepolisian mengalihkan kendaraan yang hendak keluar dari jalan tol ke sisi kanan.

Pembukaan blokir jalan tol ini dilakukan setelah kepolisian berjanji mengusut pelaku penganiayaan tersebut. Mahasiswa menuntut polisi mengusut pelaku penganiayaan dan mengganti seluruh biaya kerusakan sepeda motor dan biaya pengobatan. Sementara Syamsul Bahri yang sempat dirawat di RS Ibnu Sina sudah diperbolehkan meninggalkan rumah sakit setelah mendapat enam jahitan. Kabid Humas Polda Sulselbar Kombes Pol Chevy A Sopari mengatakan, insiden ini terjadi lantaran mahasiswa menggunakan jalan tol yang semestinya dilarang untuk sepeda motor.

“Oleh petugas keamanan tol dicegah maka terjadi perkelahian,” kata Chevy. Kendati demikian, Chevy menegaskan, polisi tetap mengusut insiden berdarah ini. Sampai tadi malam, polisi masih mengumpulkan bahan keterangan baik dari pihak mahasiswa maupun petugas jalan tol. Awalnya, para mahasiswa menggelar aksi di flyover Jalan Pettarani. Mereka menuntut Polda Sulselbar segera mengungngkap penembakan terhadap mahasiswa UMI, M Nur Kusain, di Jalan Abd Daeng Sirua, 10 Mei 2011 lalu. Mereka berkumpul di flyoverdan membakar ban.

“Setelah kami pulang dari Mapolda tadi (kemarin), kami dicegat di tol dan seorang petugas membawa parang yang mengenai beberapa teman kami. Karena kesal, makanya kami tutup jalan tol,” terang Maulana, salah seorang demonstran. Akibat aksi pemblokiran di jalan, antrean kendaraan yang keluar dari tol menuju arah Pettarani mencapai dua kilometer. Selain menutup jalan, para demonstran juga merusak beberapa rambu-rambu jalan.

Tidak Boleh Dibiarkan

Menurut Sosiolog Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar Dr Darwis, mahasiswa sebagai intelektual muda seharusnya memahami aturan dan tidak memaksakan kehendak masuk ke jalan tol dengan menggunakan sepeda sepeda motor.Karena itu,aparat kepolisian diminta mengusut motif di balik tindakan segelintir mahasiswa tersebut. “Mahasiswa mestinya tahu bahwa sepeda motor dilarang masuk ke jalan tol. Tapi, mereka memaksakan melanggar aturan itu. Ini tidak boleh dibiarkan,”ujar ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas Makassar ini.

Menurut dia, tindakan anarkis yang dilakukan puluhan mahasiswa tersebut sudah mencederai semangat dan jiwa kritis mahasiswa yang mestinya meneriakkan kebenaran, bukan justru melanggar aturan. Apalagi, kata dia, jika sampai melakukan kekerasan terhadap petugas jalan tol dan menutup akses jalan tersebut. “Sangat keterlaluan dan mengganggu ketentraman masyarakat. Jangan mengatasnamakan mahasiswa kalau melakukan aksi kekerasan dan mengganggu kepentingan publik. Polisi jangan biarkan mereka bertindak beringas seperti ini,”katanya.

Tindakan segelintir mahasiswa ini, lanjut Darwis, akan membangun stigma negatif di tengah-tengah masyarakat bahwa mahasiswa Makassar anarkistis. Padahal, kata dia, sejatinya mahasiswa sebagai masyarakat yang terdidik harus menjadi teladan. “Akhirnya rakyat antipati terhadap mahasiswa karena gerakan yang dilakukan kontraproduktif dengan nama besar yang disandangnya. Keberingasan tidak menggunakan akal sehat,”

Sumber: Harian Seputar Indonesia

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management